Persaingan Usaha Penambat dalam Proyek Perkeretaapian Modern di Indonesia
Saat
ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur khususnya transportasi massal modern yang berbasis rel yaitu LRT (Light Rail Transit), MRT (Mass Rapid Transit) dan Metro/ Trem. Tren
pembangunan infrastruktur transportasi massal berbasis rel ini akan terus
berkembang dalam beberapa tahun kedepan. Hal ini merupakan peluang yang bagus
bagi perusahaan-perusahaan spesialis di dunia transportasi massal berbasis rel.
Salah
satu komponen penting dalam infrastruktur transportasi massal berbasis rel adalah fastening system atau yang
biasa kita kenal dengan sebutan penambat. Penambat yang digunakan dalam transportasi
massal modern berbasis rel ini sangat berbeda dengan penambat yang sering
digunakan dalam kereta konvensional saat ini yang dioperasikan oleh PT. KAI.
Perbedaannya terletak pada teknologinya dimana penambat modern memiliki
ketentuan-ketentuan teknis yang lebih komplek dikarenakan tidak menggunakan ballast (batu-batu kecil yang digunakan pada jalan kereta konvensional saat ini) dibandingkan dengan penambat
konvensional yang masih menggunakan ballast.
Saat
ini pasar penambat di dunia diisi oleh beberapa perusahaan asing dari Eropa,
Jepang dan China. Akan tetapi hanya terdapat tiga perusahaan besar yang mengusai pasar penambat
di dunia yaitu Pandrol – Inggris (http://www.pandrol.com/)
, Vossloh – Jerman (https://www.vossloh.com/en/)
dan Schwihag – Swiss (https://www.schwihag.com/).
Ketiga perusahaan tersebut memiliki strategi pasar yang berbeda dalam mengusai
pasar penambat di Indonesia. Strategi pasar dari masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut :
1.
Pandrol
– PT. Pandrol Indonesia
Gambar
1. Produk
Fastener Modern Pandrol
Pandrol
merupakan perusahaan asal inggris yang sudah memulai bisni dibidang
perkeretaapian pada tahun 1937. Sampai dengan saat ini Pandrol sudah mensuplai
lebih dari 415 pelanggan di lebih dari 100 negara.
Pandrol
sudah sangat dikenal dilingkungan Perkeretaapian Indonesia seperti Kementrian
Perhubungan, PT KAI dan beberapa kontraktor pekerjaan perkeretaapian Indonesia.
Pandrol merupakan pioneer industry
penambat di Indonesia.
Salah
satu produk pandrol yaitu E-Clip telah digunakan dihampir 80% jalur kereta api
konvensional di Indonesia. Bahkan Pandrol telah melakukan strategi brand
image sehingga dilingkungan Kementrian Perhubungan dan PT KAI menyebut
penambat dengan sebutan “pandrol”.
Di
karenakan kebutuhan akan penambat sangat besar di Indonesia maka pada tahun
1986 Pandrol bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melakukan direct
investment dengan membuka perusahaan di Indonesia yaitu PT. Pandrol
Indonesia dan mendirikan pabrik di Karawang. Pada saat itu PT Pandrol Indonesia
menguasai pasar penambat jalur kereta konvensional di Indonesia dan mampu
melakukan ekspor ke Malaysia untuk memenuhi infrastruktur perkeretaapian di
Malaysia.
Akan
tetapi saat ini Pandrol tidak mengembangkan produknya dengan baik. Produk
Pandrol dinilai tidak cukup praktis dan efisien untuk diterapkan di pasar LRT,
MRT atau perkeretaapian modern di Indonesia. Produk modern pandrol lebih
menggunakan material yang berat dan maha seperti besi (steel base) sehingga
berdampak pada harga jual yang mahal.
Permasalahan
Pandrol saat ini adalah produk penambat modern tidak dapat diproduksi di pabrik
yang ada di Indonesia dan kebutuhan akan penambat konvensional sudah mengalami
penurunan.
2.
Vossloh
Gambar
2. Produk
Fastener Modern Vossloh
Vossloh merupakan
perusahaan asal Jerman yang telah mensuplai lebih dari 70 perusahaan penting di
lebih dari 65 negara. Vossloh memiliki pengalaman lebih dari 70 tahun di bidang
perkeretaapian.
Saat ini Vossloh
merupakan perusahaan penambat yang memiliki teknologi yang sangat modern dan
cocok untuk diterapkan di perkeretaapian modern. Vossloh mampu membuat produk
yang sangat efisien dan simple sehingga membuat harga jual produknya relatuf
lebih murah.
Jika dibandingkan produk
E-clip pandrol, produk vossloh tidak terlalu popular dikalangan perkeretaapian
konvensional. Akan tetapi produk vossloh sering digunakan dalam perkeretaapian
modern di Indonesia.
Permasalahan pemasaran
yang dialami vossloh saat ini adalah vossloh tidak memiliki pabrik di
Indonesia. Vossloh hanya menggunakan strategi indirect export dengan
bekerja sama dengan trading company
lokal dari Indonesia. Hal ini tentu akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi
pemilik pekerjaan/ owner. Beberapa
hal yang akan diperhatikan oleh owner/buyer dalam
memilih produk vossloh adalah sebegai berikut :
·
Vossloh bekerja sama dengan perusahaan
lokal Indonesia yang merupakan pemain baru dan belum terkenal di bidang
perkeretaapian Indonesia. Owner akan
mengalami kesulitan untuk menemukan pengalaman kerja yang dimiliki oleh
perusahaan lokal tersebut sehingga akan menimbulkan kekhawatiran tentang
komitmen bisnis yang akan dijalin dengan perusahaan lokal yang baru tersebut.
·
Vossloh tidak memiliki pabrik di
Indonesia. Hal ini akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi owner dalam membeli produknya karena
terkait dengan permasalahan perawatan/
maintenance. Owner tentu akan khawatir jika vossloh tidak memiliki pabrik
di Indonesia maka ketersediaan spare part dari produk yang akan digunaakan
tidak tersedia dalam beberapa tahun kedepan. Padahal produk yang akan digunakan
memiliki umur pakai hingga 15 tahun. Jika produk vossloh akan berhenti
diproduksi dalam jangka waktu 15 tahun, maka owner akan mengalami kerugian jika terjadi kerusakan sebelum waktunya.
3.
Schwihag
– Swiss
Gambar
3. Produk
Fastener Modern Schwihag
Schwihag merupakan
perusahaan asal Swiss yang sudah cukup lama berbisnis di dunia perkeretaapian
dunia. Akan tetapi untuk produk penambat schwihag merupakan pemain baru dan
belum memiliki banyak pengalaman. Schwihag baru memulai suplai penambat pada
tahun 2013 sehingga belum memiliki pelanggan yang banyak jika dibandingkan
dengan kedua kompetitornya.
Saat ini produk Schwihag
sangat mirip dengan produk Vossloh dari segi teknologi yang digunakan, material
yang simple dan efisien sehingga harga jual produk schwihag relatif murah.
Bahkan dibeberapa pelelangan proyek, produk Schwihag mampu lebih murah
dibandingkan dengan Vossloh.
Permasalahan Schwihag
dalam memasuki pasar penambat di Indonesia adalah sebagai berikut :
·
Schwihag merupakan pemain baru di pasar
penambat Indonesia dan Internasional. Hal ini merupakan tantangan bagi schwihag
untuk dapat memasarkan produknya di pasar Indonesia.
·
Schwihag menggunakan strategi indirect
export dengan bekerja sama dengan perusahaan lokal yang selama ini belum
memiliki pengalaman di bidang perkeretaapian
Pemerintah
Indonesia saat ini memiliki beberapa proyek kereta api modern seperti LRT
Jabodebek, Jakarta MRT, LRT Sumatra Selatan, Kereta Cepat Indonesia – China dan
LRT Jakarta Properti. Kedepan Pemerintah Indonesia juga akan mengembangkan
infrastruktur tersebut di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Medan,
Makassar dan Bandung. Hal ini tentu menjadi peluang bisnis yang besar bagi
ketiga perusahaan penambat tersebut untuk dapat meraih pasar di Indonesia.
Berikut adalah tabel proyek perkeretaapian modern di Indonesia baik yang sedang
berjalan maupun proyeksi kedepan.
Tabel
1.
Proyek Perkeretaapian Modern di Indonesia
No
|
Project
|
Length (KM)
|
Supplier
|
1
|
LRT Sumatera Selatan
|
24.5
|
Vossloh
|
2
|
LRT Jakarta Property Phase1
|
5.8
|
Vossloh
|
3
|
Jakarta MRT Phase 1
|
15.5
|
Pandrol
|
4
|
LRT Jabodebek Phase 1
|
44.5
|
Tender Process
|
Total
|
90.3
|
|
Tabel
2.
Proyeksi Proyek Perkeretaapian Modern di Indonesia
No
|
Project
|
Length (KM)
|
Remarks
|
1
|
LRT Jabodebek Phase 2
|
38.5
|
Feasibility Study
|
2
|
LRT Jakarta Property Phase 2
|
18.2
|
Feasibility Study
|
3
|
Jakarta MRT Phase 2
|
8.1
|
Feasibility Study
|
4
|
Trem Surabaya
|
17
|
Feasibility Study
|
5
|
LRT Medan
|
22.7
|
Feasibility Study
|
6
|
LRT Bandung
|
16
|
Feasibility Study
|
7
|
LRT Makassar
|
16.7
|
Feasibility Study
|
Total
|
137.2
|
|
Tabel
3.
Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan dari Perusahaan
No
|
Perusahaan
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1
|
Pandrol
|
·
Memiliki pabrik dan perusahaan di
Indonesia (PT Pandrol Indonesia) – direct investment
·
Brand image
yang sangat kuat
·
Memiliki pengalaman yang banyak di Indonesia
dan Internasional
|
·
Produk menggunakan material yang kurang efisien.
·
Harga jual produk mahal
|
2
|
Vossloh
|
·
Memiliki pengalaman yang cukup
banyak di dunia internasional.
·
Brand Image produk
ini lebih dikenal cocok untuk perkeretaapian modern
·
Produk menggunakan material yang efisien
·
Harga jual produk murah
|
·
Menggunakan strategi indirect
investment dengan bekerjasama dengan perusahaan lokal sehingga lebih
susah dalam memasarkan produk dengan baik
|
3
|
Schwihag
|
·
Produk menggunakan material yang efisien
·
Harga jual produk murah
|
·
Menggunakan strategi indirect
investment
·
Belum memiliki pengalaman yang
cukup di dunia internasional dan di Indonesia
·
Produk belum dikenal
|
Gambar 4. Presepsi
Pasar Atas Produk Penambat Saat Ini
Berdasarkan
permasalahan tersebut maka diperlukan beberapa strategi untuk dapat bersaing
dalam perebutan pasar penambat di Indonesia. Adapun strategi yang perlu
dilakukan oleh masing-masing perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4.
Strategi Perusahaan dalam Memasuki Pasar Penambat di Indonesia
No
|
Perusahaan
|
Strategi
|
1
|
Pandrol
|
·
Pandrol harus memanfaatkan pabrik
yang ada di Indonesia sehiungga memotong biaya produksi sehingga dapat
menurunkan harga jual produk
·
Melakukan branding image guna
merubah presepsi konsumen dari produk konvensional menjadi produk modern
|
2
|
Vossloh
|
·
Mengganti perusahaan rekanan dengan
perusahaan yang memiliki pengalaman dibidang perkeretaapian Indonesia – indirect
export
·
Melakukan strategi direct
investment di Indonesia.
|
3
|
Schwihag
|
·
Mengganti perusahaan rekanan dengan
perusahaan yang sudah memiliki pengalaman dibidang perkeretaapian Indonesia –
indirect
export.
·
Melakukan pemasaran/ pengenalan
produk dengan cara mempresentasikan keunggulan produk dengan gencar di
instansi atau perusahaan.
·
Melakukan strategi dumping
untuk dapat membuat harga jual produk menjadi paling murah.
|
Ulasan
dari strategi pasar yang perlu dilakukan untuk menguasai pasar adalah sebagai
berikut :
1. Pandrol
– PT Pandrol Indonesia.
Selama ini untuk
memproduksi penambat modern Pandrol harus memproduksi di negara eropa. Oleh
karena itu pandrol harus memindahkan peralatan untuk memproduksi penambat
modern ke Indonesia dengan harapan dapat meminimalisir biaya produksi. Biaya
produksi dapat diturunkan karena biaya upah di Indonesia lebih murah daripada
di Eropa dan tidak perlu mengeluarkan biaya pengiriman dari Eropa ke Indonesia
yang cukup besar. Dengan ditekannya biaya produksi dan biaya produksi diharapkan
harga jual produk dapat turun.
Selain itu Pandrol perlu
melakukan Branding Image untuk dapat merubah presepsi produk selama ini
dari produk konvensional ke produk modern.
2. Vossloh
Permasalahan yang
dihadapi oleh vossloh saat ini adalah strategi yang digunakan dalam memasuki
pasar internasional. Strategi Indirect Export yang digunakan
dinilai kurang efisien dikarenakan perusahaan rekanan tidak memiliki pengalaman
yang cukup di bidang perkeretaapian Indonesia. Maka dirasa perlu untuk vossloh
mengganti rekanan perusahaan lokalnya dengan yang lebih berpengalaman di bidang
perkeretaapian sehingga pemasaran dari produknya lebih agresif dan tepat
sasaran.
Akan tetapi jika melihat
peluang pasar kedepan yang sangat menjanjikan, dirasa perlu bagi Vossloh untuk
mengkaji lebih dalam lagi mengenai direct investment. Dengan melakukan direct
investment maka akan menurunkan biaya produksi dan distribusi serta
mampu menambah nilai dari perusahaan untuk dapat menguasai tidak hanya pasar
Indonesia namun juga pasar Asia Tenggara.
3. Schwihag
Schwihag merupakan
perusahaan baru yang belum memiliki banyak pengalaman internasional. Maka
strategi yang perlu dilakukan adalah dengan mengganti perusahaan rekanan dengan
perusahaan yang lebih berpengalaman di bidang perkeretaapian di Indonesia.
Dengan bekerjasama dengan perusahaan yang memiliki pengalaman maka secara tidak
langsung akan mengangkat nama schwihag.
Selain itu schwihah dirasa perlu
melakukan strategi dumping sehingga harga schwihag tetap menjadi yang paling
murah dari kompetitornya. Dengan begitu peluang untuk dapat diterima di
Indonesia dapat terbuka.
Dengan
ketiga perusahaan tersebut melakukan strategi-strategi diatas maka akan merubah
presepsi pasar penambat di Indonesia. Perubahan presepsi akan persaingan usaha
penambat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar
2. Presepsi Pasar Atas Produk Penambat Setelah Merubah Strategi Pasar
Gambar
5. Presepsi
Pasar Atas Produk Penambat Setelah Merubah Strategi Pasar
Komentar
Posting Komentar